Looper : Action - SciFi Yang Tidak Biasa

October 22, 2012



Pertama kali melihat trailer film ini, saya langsung tertarik, bukan karena potongan scene nya, melainkan dua pemeran utamanya, yakni Bruce Willis dan Joseph Gordon-Levitt. Siapa yang nggak kenal Bruce Willis dengan image good cop, bad domestic life di film berseri Die Hard ataupun film The  Jackal yang legendaris yang ia mainkan bersama Richard Gere? Yeah, that fuckin Bruce Willis. Lantas muncul nama Joseph Gordon-Levitt, aktor muda berbakat yang penampilan pertamanya (versi saya ya-red) di film 10 Things I Hate About You sebagai seorang anak SMA yang nggak terlalu gaul tapi kepingin pacaran sama salah satu cewek populer di sekolahnya, terus disambung dengan film yang lain (ini dari ingatan saya-red) yang nggak kalah kerennya, yakni (500) Days of Summer, Inception, Batman The Dark Knight Rises dan yang paling terakhir Premium Rush. Kira- kira sampai situ perkenalan yang saya tahu tentang dua pemeran utama di film ini.

Oke, balik ke filmnya, Looper. Saya berpikir asal kata ini adalah dari Loop, yaitu mengulang/berputar/melakukan satu hal berulang-ulang. Oke, berarti Looper adalah seseorang yang melakukan satu hal secara berulang-ulang ataupun berputar-putar. Apa yang menarik dari film ini sampai tiba-tiba saya "on fire" dan membuat tulisan ini? Plot di film ini dan pesan moral yang berhasil sampai ke saya (dan pacar saya) sebagai penonton sekaligus penikmat.


Joseph Gordon-Levitt

Levitt diceritakan sebagai seorang anak muda yang bekerja menjadi pembunuh bayaran. Yang dibunuhnya bukan orang yang ada di masanya, melainkan datang dari masa depan. Setiap harinya dia melakukan pekerjaan ini, sambil berpesta merayakan kesuksesan melakukan pekerjaannya bersama teman-teman se-profesinya. Sampai pada satu malam, seorang teman datang ke apartemennya meminta bantuan karena berhasil membuat orang yang harus dibunuhnya melarikan diri. Saya nggak akan menceritakan detailnya, spoiler banget deh :D kasihan yang belum nonton, jadi kurang greget nanti.

Sampai akhirnya Levitt mendapati posisi serupa seperti temannya itu, dilemma terjadi, pergolakan batin terjadi, dia harus membunuh Bruce Willis agar hidupnya yang sekarang bisa terus berjalan. Di tengah-tengah film, kita disuguhi plot yang menurut saya shocking dan cukup membingungkan, karena harus "memainkan" pikiran kita, menyimpan puzzle satu per satu lantas menyatukannya kembali.

Ada satu orang anak kecil yang menurut saya andilnya cukup besar di film ini, bahkan saya sempat nyeletuk : "Seharusnya anak ini yang menjadi pemeran utamanya nih!" Anak ini yang mampu mengaduk-aduk isi hati saya, mempecundangi ego saya, justru bukan Levitt maupun Willis. Kedua aktor utama ini hanya memberikan cerminan yang lugas akan ego manusia yang tidak akan pernah ada habisnya.


Bruce Willis

Anak ini menjadi perhatian utama saya semenjak di tengah film, dan dugaan saya semenjak di tengah film ternyata benar, saya berhasil menyatukan kembali puzzle itu! *tepuk tangan sambil teriak kegirangan*

Yang berhasil menggetarkan hati saya adalah, detik - detik di scene terakhir film ini, ketika akhirnya Levitt mengetahui masa depan apa yang akan dia dapatkan jika dia mengambil resiko untuk memutuskan membunuh Willis. Kalimat terakhir Levitt adalah (ini berdasarkan ingatan saya, dan tidak sama persis seperti di film-red) : "Saya masih punya kesempatan untuk mengubahnya, dan merusak lingkaran ini."

Keputusan yang diambil Levitt lah yang menggetarkan hati saya dan berhasil membuat saya "on fire" sampai akhirnya menulis ini. Levitt memilih untuk membunuh egonya sendiri demi merubah hidupnya dan hidup orang lain. Dia optimis apa yang dia lakukan detik terakhir itu akan mampu merubah semuanya.

Got the point? I hope you got the point. Apalagi kalau anda sudah menonton filmnya dan berhasil  menyatukan puzzle itu. Jelas ini bukan film action dengan bumbu metafisika biasa, film ini film yang luar biasa, dengan plot yang mengagumkan, dan (sekali lagi) berhasil menyampaikan pesan moral yang cukup menampar saya. Bahkan saya belum bisa sampai ke level "mengorbankan" ego sedemikian rupa seperti yang Levitt lakukan.

Seseorang yang berhasil mematahkan langkah di dalam lingkaran yang berputar terus-menerus, yang begitu-begitu saja, disitu-situ saja, bukanlah seorang yang mampu dihantam segala macam problematika kehidupan yang ada. Dia adalah seorang survivor, seorang pemenang di hidup yang ia miliki selama ini. Berapa banyak orang yang seperti itu?

Film ini cerminan betapa ego manusia dapat menumbuhkan atau bahkan mengembakbiakkan dendam kesumat dan terbawa sampai akhir hayat. Saya akan berkaca lagi setelah tulisan ini selesai saya tulis.

You Might Also Like

0 comments