Kadar Keimanan dan Janji Yang Belum Tentu Dapat Saya Tepati

January 24, 2011

Saya bukan tipikal seorang pribadi yang taat beribadah, menuruti semua ajaran agama yang saya anut sesuai dengan yang tercantum di KTP :D malah sejujurnya hampir setengah dari hidup yang pernah saya jalani, saya tidak mempercayai akan kuasa Sang Pencipta.

Ketika duduk di kelas 1 SMA pun, saya dituding Atheis alias tidak percaya akan keberadaan Sang Pencipta dan agama yang saya anut, oleh guru agama saya. Tertangkap tangan ketika membaca buku berjudul "Perjalanan Karl Marx" yang saya lupa nama penulisnya, dan juga "Feuerbach dan Filsafat Jerman" karya Frederick Engels serta lampiran Tesis Karl Marx tentang Feuerbach di buku tersebut, ketika jam pelajaran agama.

Kejadian itu menghasilkan panggilan ke Ruang BK dan 2 jam penuh sesi "Nasehat Khusus" dari guru agama, guru pembimbing BK, wali kelas dan wakil kepala sekolah. Mereka menganggap saya seperti teroris yang akan mendoktrin teman- teman sekelas saya untuk menjadikan mereka sebagai "Pengantin Bom". Dan ketika ayah saya datang untuk memenuhi panggilan dari guru BK, beliau hanya berkata : "Begitulah anak saya bu.. dia sedang mempelajari filsafat, aliran kiri tentunya, seperti yang sudah ibu lihat, ada Marx dan Engels. Bukankah buku itu jendela dunia?"

Mungkin guru BK itu berpikir : "Like Father, Like Daughter" hahahaha... ayah memang tidak pernah melarang saya membaca buku, apapun itu. Sampai stensil jaman dulu pun, beliau tidak pernah berkomentar banyak. Seperti yang beliau bilang "Buku Itu Jendela Dunia." saat saya membaca buku, dunia baru terbuka dengan gamblang di hadapan saya, dan saya menikmatinya...

Tetapi saat ini saya bukan ingin membicarakan tentang filsafat aliran kiri ataupun pengalaman saya di SMA. Saya ingin membicarakan atau lebih tepatnya, berbagi pengalaman tentang kadar keimanan saya dan beberapa ajaran agama yang telah saya langgar. Mengapa saya ingin berbagi soal ini? karena saya ingin siapapun yang membaca blog saya ini, tidak akan pernah melakukan kesalahan seperti yang saya lakukan 2 bulan terakhir. Sungguh, kesalahan paling bodoh yang pernah saya lakukan sepanjang hidup saya.

Saya dipertemukan dengan seorang laki-laki berumur yang mengaku memiliki 'kebisaan' untuk membantu mengubah nasib saya, dan ada beberapa hal yang dia katakan memang sesuai dengan kejadian nyata, saya lantas percaya dan yakin bahwa dia memang akan bisa membantu saya yang pada saat itu mendapatkan beberapa kesulitan terhadap pekerjaan saya.

Singkat kata, saya mempercayai dia, melebihi kepercayaan saya terhadap kuasa Sang Pencipta dan kelebihan yang saya miliki selama ini. Disini saya telah menggali kuburan saya sendiri, dengan papan nisan bertuliskan : "Terbaring disini seorang manusia fana yang telah memberikan setiap sen materi yang ia miliki, dan juga setiap tetes keimanan yang dengan susah payah telah ia kumpulkan hanya untuk Sang Pencipta dan dengan penuh kepercayaan bodoh, telah ia berikan kepada seorang manusia fana lainnya."

Setelah tersadar bahwa saya telah tertipu, detik itu juga saya merasa dunia yang tengah saya pijak runtuh, hancur lebur tak tersisa. Jujur yang sangat menghantam saya pada saat itu adalah persoalan materi, saya tidak mempersoalkan kadar keimanan saya yang telah berubah menjadi musyrik mempercayai dan hampir menyembah manusia fana lainnya hanya karena percaya oleh kata-katanya.

Betapa saya telah berubah menjadi seorang yang hina dina, terkutuk dan laknat.. walaupun saya bukan orang yang taat beribadah dan selalu mengikuti ajaran agama, saya menyadari bahwa diri saya ini sudah berjalan jauh dari jalan Sang Pencipta yang seharusnya terus saya tapaki, meski penuh ujian dan cobaan. Ketika sampai di titik nadir itu, saya bersujud kembali diatas sajadah, menyerahkan diri yang sudah sangat kotor, laknat dan hina dina ini ke hadapan Sang Pencipta. Tak ada lagi keberanian untuk sekedar memohon ampun kepada- NYA.. 2 minggu terpanjang yang pernah saya jalani dalam hidup saya.

Sekali lagi Sang Pencipta memberi saya bukti, bahwasanya DIA tetap mencintai saya dengan cara-NYA sendiri, DIA memberikan saya kekuatan dengan wujud bernama Ade Sulistiyo Oktariandi dan Sondi Ardian. Mereka tak henti membuat saya untuk kembali mengingat keberadaan Sang Pencipta yang begitu besar, bahwa sesungguhnya, ini hanya sekedar teguran dari-NYA atas apa yang telah saya perbuat 2 bulan terakhir.

Saya hanyalah manusia fana biasa, yang menghabiskan waktu lebih banyak untuk memikirkan persoalan duniawi terutama materi yang selama hidup saya, selalu saya jadikan prioritas utama. Dan saya telah bicara kepada Sang Pencipta melalui sembah sujud saya, bahwa saya tidak dapat berjanji, saya tidak akan menjadikan persoalan materi menjadi nomor dua di dalam kehidupan saya, namun saya berjanji terlebih kepada diri saya sendiri, saya tidak akan pernah lagi berjalan di jalan yang tidak akan pernah DIA ridho'i sepanjang hidup saya.

Ayah dan Ibu saya tetaplah orang tua yang, saya yakin seumur hidup saya akan menjadi orang tua saya. Sekotor apapun saya, mereka akan tetap menerima saya sebagai anak mereka dan memaafkan segala kesalahan serta kekhilafan saya. Satu pelajaran yang saya ambil dari kejadian ini, serendah apapun kadar keimanan yang saya atau siapapun miliki, tidak dapat dijadikan alasan atau patokan untuk dapat menyembah hal lain di jagat raya ini selain Sang Pencipta siapapun, atau apapun TUHAN dan agama anda.

Anda boleh saja mengagung-agungkan Logika anda, namun jangan pernah anda lupakan keberadaan Hati Nurani, Intuisi dan Panggilan Hati ketika anda akan terjerembab ke dalam suatu masalah yang ada buat sendiri sedemikian rupa. Seimbangkan semua aspek tersebut ke dalam hidup anda, niscaya anda akan menemukan jawaban sesuai dengan jalan yang harus anda lewati, yaitu jalan menuju Kebahagiaan Hakiki dengan Ridho Sang Pencipta.

You Might Also Like

1 comments

  1. saya suka ini. maaf yaa kak kalo lancang, boleh kalimatnya saya kutip? :)

    ReplyDelete