Ngaku Deh, Kita Pernah Posesif Kan?

October 29, 2017

film posesif


Sempat ragu mau nonton #filmPOSESIF sewaktu beberapa kali lihat trailer-nya, gue pikir : "Ah, another chick flick lah ya.." lalu baca tweet-nya Kak Teppy yang bertajuk MOVIE REVIEW SUKA-SUKA. Iya dah Kak, suka-suka elo xD pertama kali baca movie review-nya doi, pas lagi rame-ramenya film Pengabdi Setan beberapa minggu lalu. Jauh sebelum review itu nongol, gue emang udah bertekad mau nonton Pengabdi Setan, nostalgia sembari (sok) membandingkan dengan versi aslinya lah ya.. ndilalah keburu baca review kampretnya doi, bukannya takut malah ngakak-ngakak, engcek anet emang nih Kak Teppy~

Berangkat dari rasa penasaran setelah baca review suka-sukanya Kak Teppy, pergilah gue nonton sore tadi, sembari ngomong : "Masa iya se-roller coaster itu? Kalo enggak, awas aja, gue ajak Kak Teppy kopdar di Dufan biar sekalian naik roller coaster beneran!" Masuk ke studio 5, sebelah kiri gue ada seorang Ibu dengan anak perempuan yang kira-kira masuk usia remaja, curi dengar obrolan mereka sebelum film dimulai. Ternyata Ibunya yang ngajak anaknya untuk nonton film ini ketimbang nonton film Bang Hemsworth. Hhhmmm.. patut dicontoh nih~

Gue nggak mau nyeritain siapa Lala atau Yudhis di sini, gue pingin ceritain, apa sih yang gue dapet setelah nonton #filmPOSESIF ini. DAPET MEWEK SOB, YA ALLAH. Tadi di tweet gue, nggak gue ceritain tuh, gimana di salah satu scene, gue dan tante sebelah gue sampe pegangan tangan sembari istighfar xD IT WAS SO TENSE! Gue sampe engap, susah nafas, dan yaa.. reaksi pertama gue langsung istighfar, lantas berbuah berpegangan tangan sama si tante sebelah. Percayalah, kami baru kali ini ketemu dan nggak pernah kenal sebelumnya :") 

Ngaku deh, kita semua pernah posesif kan? Gue pernah ngalamin dapet pacar zaman SMA yang persis kek Yudhis, bedanya gue nggak pernah tahu apa yang bikin dia begitu dulu, nggak kayak Lala yang akhirnya tahu. Dan gue juga pernah kok jadi cewek posesif, walau nggak se-ekstrim Yudhis, paling banter ya ngecek HP Nokia 5210-nya pacar gue dulu, atau ngelarang-larang dia hangout sama temen-temen ceweknya. Kita pernah ada di fase itu, dan #filmPOSESIF menjadi salah satu bahan refleksi diri kita, dan kesalahan-kesalahan yang kita buat dulu. 

#filmPOSESIF bukan sekedar chick flick, ini film ngasih tahu kita betapa ngeheknya toxic relationship. Dan yang paling ngehek, relationship macam ini nggak cuma ada di hubungan percintaan abege atau orang dewasa, tapi ada juga di hubungan pertemanan, bahkan di dalam keluarga. Mental abuse biasanya bertengger paling atas dan jadi primadona di toxic relationship, disusul dengan physical abuse.

3 karakter yang gue jagoin di film ini adalah Yudhis (Adipati Dolken), Cut Mini Theo (Mamanya Yudhis) dan Putri Marino (Lala). Kenapa? Berhasil bikin emosi keaduk-aduk (asal jangan bubur yang diaduk, gue #TimBuburAyamGakDiaduk), dan berhasil bikin gue berkali-kali istighfar *ANJAY* mereka layak dapet Piala Citra sih.. Awas aja kalo enggak! *LAH NGANCEM* 

#filmPOSESIF mengingatkan gue kalau jadi anak remaja itu nggak mudah, peer pressure, achievement pressure, family pressure, belum lagi fase pencarian jati diri. Salah langkah dikit, BLAR.. kelar deh itu pressure bakal ngendon di pundak elo selama beberapa tahun ke depan, sampai akhirnya elo akan ketemu fase yang bernama : "YA BODO AMAT, HIDUP-HIDUP GUE!" 

cut mini theo

Cut Mini Theo di #filmPOSESIF menjadi tokoh kunci (buat gue loh ya) di scene yang bikin gue dengan tante sebelah berpegangan tangan, di situ lah gue langsung keinget nyokap gue :") karakter yang diperankan beliau di sini mirip-mirip sama nyokap sewaktu nyokap masih jadi single fighter setelah pisah dari almarhum bokap kandung gue, nggak heran gue langsung mewek sejadi-jadinya di scene tsb. Keinget dan tersadar lah gue, jadi orang tua itu susah sob, asli susah banget. Jadi anak pun nggak kalah susahnya, walau gue belum jadi orang tua maupun anak, gue belajar banyak dari orang tua-orang tua gue, sekaligus sahabat-sahabat gue yang sudah punya anak dan menjadi orang tua. 

Jadi pelajarannya adalah : 
1. Menjadi orang tua dan anak nggak akan pernah mudah, tapi kita bisa memulainya dengan cara berkomunikasilah dari hati ke hati. Orang tua jangan takut mengakui kesalahan yang pernah diperbuat, anak jangan pernah meninggalkan keluarga. Gue pernah meninggalkan keluarga dalam kondisi, yang banyak orang bilang, hancur. Dan itu pilihan gue dulu. Nggak enak sob, serius. 

2. Kalau udah ketemu toxic relationship, cut off the circle. Elo nggak bertanggung jawab untuk mengubah perilaku orang lain yang ada di dekat elo, seperti yang dibilang sama si Ega, sahabatnya Lala. Kalau bisa bawa orang itu ke psikiater, bawalah, mereka butuh orang yang memang paham kondisi mereka dan bisa memberikan solusi jangka panjang. Nggak cuma tentang anger management-nya, tapi segala-galanya. Trust me, been there done that with my own psychiatrist. Kalian bisa kontak ke Yayasan Pulih bila membutuhkan bantuan psikolog. Nggak usah ragu dan malu, kerahasiaan kalian akan terjaga dengan baik. Karena kesehatan mental nggak kalah penting dari kesehatan fisik. 

Oh iya, pas Yudhis dan Lala mutusin buat pergi berdua, gue lebih milih "When Your Heart's Stop Beating"-nya +44 ketimbang "Dan"-nya Sheila On 7, hehe.. hehe.. lebih pas buat gue xD

"Turn it up I never wanna go home, I only wanna be part of your breakdown
She got caught by the four on the floor, it picked her up and she'll never get let down
And now I can't stop thinking about it, all you people at the top don't know nothing about it
We don't give a fuck what the price is, so just leave us to our own devices and we'll leave you alone"

Tonton #filmPOSESIF gih! Gue menyarankan kalian nonton film ini bareng keluarga, nggak cuma bareng sahabat atau gebetan atau pacar :D

Film Indonesia masih punya harapan! :D

South Jakarta, 29th October 2017
"When Your Heart's Stop Beating" +44

You Might Also Like

0 comments