How Mom Raised Me

January 25, 2018

love hate


Ibu membesarkan gue dengan pecutan ikat pinggang kulit miliknya. 
Ibu membesarkan gue dengan sumpah serapahnya tentang Bapak yang dimuntahkan ke gue. 
Ibu membesarkan gue dengan pekerjaan yang menguras energi dan mentalnya. 
Ibu membesarkan gue dengan tidak membawa hard survival skill sedikitpun. 
Ibu membesarkan gue dengan menyerahkan seluruh hidupnya di tangan Ayah. 
Ibu membesarkan gue dengan semua unfinished business masa lalu yang akan tetap menghantuinya.
Ibu membesarkan gue dengan membuat keputusan-keputusan yang akan terus membebani hidup gue. 
Ibu membesarkan gue dengan tingginya ego dan gengsi yang dimilikinya. 
Ibu membesarkan gue dengan tidak menyertakan nama gue ke dalam Kartu Keluarganya. 
Ibu membesarkan gue dengan mengajarkan untuk tidak akan pernah menyerah.  

Ibu dengan semua legitimasinya sebagai orang tua. 
Ibu dengan semua keputusan yang pernah Ia buat untuk membahagiakan kedua orang tuanya. 
Ibu dengan semua kepercayaannya tentang takdir hidup, dan nasib yang tidak dapat diubah. 

Kurang lebih seperti itu cara-cara Ibu membesarkan gue. 
Hidup kami tidak pernah kekurangan perdebatan, caci maki, sumpah serapah sampai kontak fisik. 
Hidup kami bergelimangan persoalan dan dosa masa lalu, yang setiap waktu disesali. 

Perkara memaafkan dan melupakan tidak akan pernah menjadi persoalan yang mudah buat gue. 
Ini berarti gue akan sulit berdamai dengan masa lalu dan diri gue sendiri. Memang akan seperti itu. 

Tapi paling tidak, gue berdiri di kaki gue sendiri, tanpa ada satu orang pun yang akan berhasil menyusupi isi kepala gue dengan segala macam doktrin, bahwa hidup gue bisa gue serahkan begitu saja ke tangan satu orang. 

Hidup memang terdiri dari berbagai macam pilihan. 
Dan gue memilih untuk berdiri di kaki gue sendiri, sejak 18 tahun yang lalu. 

South Jakarta, 25 January 2018
"Daughters" - John Mayer

You Might Also Like

0 comments