The Hurtful Truth About Polygamy

June 30, 2018

poligami


I always adored my step father, respected him, and knew he was a great man. Until I finally find the truths. 

Gue lupa pernah baca di mana, atau bahkan dengar seseorang pernah bilang begini ke gue : "Walau sudah menikah belasan atau bahkan puluhan tahun, pasti ada aja yang kita nggak tahu tentang pasangan hidup kita. Masih ada yang disembunyikan oleh mereka." dan ya.. itu yang didapatkan oleh kedua Ibu gue. Ibu kandung dan Ibu tiri. Yep, bokap tiri gue seorang pelaku poligami.

Hari Selasa, tanggal 12 Juni 2018 yang lalu bokap gue berpulang ke pangkuan Tuhan. Nggak ada sejarah sakit apapun. Beliau meninggal dalam perjalanan menuju ke RS Fatmawati, ketika salah satu adik tiri gue menemukan bokap terkapar di ruang keluarga dengan wajah dan tubuh yang sudah membiru, dan suara ngorok yang keras. Shock, bingung, logika gue yang nggak sampe untuk mencari penjelasan tentang ini. Jadi ya sudah.. jalani dan selesaikan apa yang harus segera dijalani dan diselesaikan secepatnya, membawa bokap pulang ke kota kelahirannya, Kudus. 

Di kota itulah gue menemukan banyak banget kenyataan-kenyataan yang ngehek, menyakitkan dan menyisakan sesak sampai detik ini. Sesak karena gue nggak bisa lampiaskan kekesalan gue ke bokap. Sakit, karena kedua Ibu dan kelima orang adik gue yang kena sampahannya. Kalau cuma gue yang harus sakit, gue nggak masalah.. asal bukan mereka. Itu yang berkali-kali gue bilang ke diri gue selama 2 minggu terakhir. 

Gue sampai lupa menghitung.. apakah sudah belasan atau puluhan tahun, akhirnya kami semua bisa legowo dengan keputusan bokap soal poligami. Bukan hal yang mudah untuk semua orang. Gue dan adik-adik gue besar dengan (selalu) didonder dengan segala pertanyaan tentang bagaimana rasanya punya ibu dua? Apakah Ibu tiri kami orang jahat seperti stereotype di sinetron dan opera sabun di TV? Bagaimana cara bokap kami membagi waktu, tenaga sampai tubuhnya untuk kedua istrinya? Kami lelah tumbuh besar dengan pertanyaan-pertanyaan demikian. Bahkan di waktu-waktu acara keluarga, ada saudara yang memandang kami dengan tatapan kasihan atau bahkan menjijikkan. But hey, look at us now, stronger than ever before. You might can't take it, if you in our shoes. Better get the fuck off. 

Bokap pergi meninggalkan kami dengan teka-teki sekaligus rasa sakit yang setiap harinya bukan berangsur membaik, malah makin memburuk, seiring dengan terungkapnya satu per satu tentang kenyataan, bahwa bokap telah berubah menjadi pribadi yang nggak lagi kami kenal. Dan ternyata, bokaplah yang selama 2 tahun terakhir, menjalani hidup penuh dengan kesemuan dan nafsu duniawi semata. 2 hal yang paling sering beliau ingatkan ke gue, untuk tidak terus berkubang di persoalan yang sama.

Untuk semua Perempuan di luar sana yang dipoligami oleh suami kalian, kalian adalah sesungguhnya bukti nyata bahwa kelapangan hati kalian seluas galaksi bimasakti, bahwa kesabaran kalian adalah sesungguhnya harga yang paling pantas dibayarkan untuk anak-anak kalian. Bahwa sesungguhnya, kalian adalah makhluk Tuhan yang paling kuat. Trust me, I know what I'm talking about. Terlebih ketika suami kalian ingin memiliki istri lagi dan lagi dan lagi. Seolah 2 atau 3 atau 4 tidaklah cukup untuk mereka, bahkan di dalam kondisi tidak mampu sekalipun, mereka masih ingin memaksakan nafsu mereka sendiri. Fuck you, with all of your religious bullshit about polygamy. 

Untuk semua laki-laki di luar sana, janganlah poligami. Janganlah terus menggunakan ayat yang sama demi melegitimasi keinginan kalian ini. Merasa kasihan ketika melihat seorang Janda dan ingin membantu mereka? Cobalah lakukan seperti yang laki-laki ini lakukan. Janda-janda tersebut tentunya juga membutuhkan pertolongan dan kasih sayang kalian dan kita semua.

Percayalah, manusia tempatnya salah dan dosa, dan Tuhan lah yang paling mudah membolak-balikkan hati. Sekarang merasa hati ingin punya istri lagi, esok hari bisa-bisa nggak mau beristri sama sekali.

South Jakarta, 30th June 2018
"Better" - Guns N' Roses

You Might Also Like

0 comments