Moving Forward

March 29, 2019

moving forward

Sejak Desember 2018 gue mulai kembali terapi. Fisik dan mental. Nggak akan pernah mudah, ya namanya juga proses, bukan main sulap. 

Hidup itu bukan ilmu eksakta, senantiasa membutuhkan evaluasi, pergerakan yang signifikan maupun nggak signifikan. Penting buat gue, sedikit apapun langkahnya, paling nggak gue bergerak, nggak berkutat di situ-situ saja. Bosan dan melelahkan.

Bergerak dan memutuskan mata rantai rasa bersalah dan sikap-sikap menghakimi diri sendiri yang nirfaedah. Nggak bikin produktif, cuma ngabisin tabungan dana darurat doang, demi berbotol-botol Jägermeister, yang kadang dicampur Kratingdaeng, kadang polosan.

Moving forward bukan cuma sekadar perkara gue mengikhlaskan hubungan yang terlanjur kandas, atau invoice yang nggak cair-cair dan kembali berulang tahun, melainkan bergerak maju memperbaiki segala hal yang perlu diperbaiki. Menerima dan berdamai dengan diri sendiri, mengakui kesalahan yang sudah dilakukan, dengan niatan maupun enggak.

Nggak ada satupun orang yang punya keyakinan sejuta persen, bahwa hidupnya bakal baik-baik saja besok, atau sejam lagi. Kita sering lupa, kalau kita ini manusia biasa, yang kadang diberikan kelebihan sedikit langsung serakah membabi buta. Kita lupa, hidup itu bukan ilmu eksakta.

Tapi nggak apa-apa, kayak yang dibilang Hindia di Evaluasi... "...ini belum separuhnya, biasa saja, kamu tak apa."
Moving forward sejatinya learning by doing. Buat apa learning kalau nggak doing apa-apa?

P.S
Iya gue anak JakSel.

South Jakarta, 29th March 2019"Evaluasi" - Hindia

You Might Also Like

0 comments