Ndigun Dan Kecintaannya Akan Hidup

August 23, 2021

 

ndigun-rekreasi-bukalapak-2016
(2016, saat kami akhirnya berkesempatan bekerja di sebuah perusahaan yang sama)

Senin, 23 Agustus 2021 pukul 08.06 WITA, gue menerima WhatsApp dari Shera (salah seorang teman baik Ndigun dan gue) mengenai kepergian Ndigun dan rencana persemayaman dan pemakamannya. Gue yang saat itu sedang merokok di kamar mandi tersedak dan hampir jatuh, namun lekas buru-buru duduk di kursi bakso yang gue pakai untuk mengganjal pintu kamar mandi. Gemetar, lemas, sesak nafas bercampur menjadi satu.


Ndigun Penulis, "Pengawal Buzzers Ibukota" dan Strategic Planner Jempolan

Gue follow akun twitter Ndigun sejak 2011, jarang sekali bertukar reply, namun mulai sempat beberapa kali kopdar sejak 2012 di berbagai macam acara anak twitter. Tuhan mempertemukan kami kembali di pertengahan 2014 saat gue masih bekerja di salah satu local advertising agency, salah satu tugas gue waktu itu mencari orang yang mampu membantu kami mencari lebih dari 50 orang buzzers yang berdomisili di Jakarta dan juga beberapa kota lainnya, untuk campaign sebuah perusahaan telecommunication device.

ndigun-mpokgaga-kopdar twitter-kemang
(2015, saat acara kopdar dengan anak twitter lama di Kemang)

Pilihan gue jatuh ke Ndigun, dan alasannya simple : Ndigun orang yang ramah, mudah bekerjasama, dapat mengerti dan memahami brief dalam waktu singkat, dan mampu memberikan feedback/input yang kami butuhkan. Ndigun yang memang seorang penulis, kerap membantu gue membuat sebuah brief storytelling yang komprehensif dan bisa lebih mudah dimengerti oleh para buzzers. Belum lagi, strategic thinking-nya ketika meramu sebuah communication phasing maupun action plan, nggak perlu diragukan saat kami bekerja untuk sebuah another local advertising agency di dalam tim yang sama.

Buat gue pribadi, Ndigun yang tadinya hanya sekadar "pengawal buzzers ibukota", berubah menjadi lebih besar daripada itu berkat kerja kerasnya di dunia advertising di Jakarta. Keharuman namanya berjalan beriringan dengan proven professional track record yang dimilikinya. Ndigun, seorang breadwinner keluarga yang tangguh, berhasil menghidupi keluarganya dari hulu ke hilir, namun juga nggak pernah melupakan untuk senantiasa menyayangi orang-orang di sekelilingnya maupun dirinya sendiri.


Jatuh Bangun Membangun Bisnis, Namun Pantang Menyerah

(2016, perayaan ulang tahun Ndigun di kafe miliknya di Kemang)

Ndigun sempat membangun bisnis miliknya sendiri, mengambil alih sebuah usaha temannya yang hampir collapse, dan mencurahkan segala impiannya agar dapat membuat tempat tersebut agar kerap memberikan best entertainment night di Selatan Jakarta. Gue ingat saat malam perayaan ulang tahun Ndigun di kafenya tersebut, beliau bilang :

"Aku sudah putar otak, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala supaya tempat ini bisa running dan datengin revenue, tapi mungkin belum maksimal ya? Pengen nyerah sih, tapi kok tanggung banget ya Ga? Hahahaha.. anyway, let's celebrate my birthday tonight! Kamu harus minum yang banyak ya!"

Kami berdua adalah Aries yang pantang menyerah.. atau mungkin lebih tepatnya, nggak tahu bagaimana caranya untuk menyerah dan berdiam diri. Ndigun dan gue itu 11-12 lah kalau soal pekerjaan atau hal-hal yang kami cintai dalam hidup kami. Somehow, we always find a way to work things out. Background keluarga yang mirip-mirip, perjuangan menata hidup pribadi pun bisa dibilang mirip. Ndigun yang secara usia sedikit lebih muda daripada gue, malah justru kerap mengambil peran sebagai kakak laki-laki yang nggak gue miliki. Kebijaksanaannya dalam melihat sebuah obstacle ataupun challenges, membuat gue belajar banyak hal dari beliau.


Mencintai Hidup Dengan Menerima Kenyataan Yang Ada Walau Pahit

mas aih-elwa-mpokgaga-ndigun-ytff
(2015, Galih-Elwa-Gue-Ndigun di event Youtube Fan Fest)

Banyak hal yang sudah kami lewati bersama, saat bergelimang brief dan deadline, bergelimang harta, isak tangis sedih maupun haru, sampai teriakan bahagia karena achieved target lantas dapat bonus, atau sekadar bersenang-senang menghabiskan malam bersama sahabat-sahabat terbaik di hidup kami.

Ndigun adalah salah satu sahabat terbaik gue yang mengajarkan, bahwa hidup bisa kita cintai dengan cara menerima kenyataan yang ada walaupun pahitnya melebihi pare yang suka nongol di dalam siomay tanpa diminta. Ndigun tetap mencintai hidupnya yang setahun terakhir terlihat dan terasa sangat berat karena penyakit yang dideritanya, dengan mencoba tetap bertahan sembari ditemani oleh keluarga dan sahabat-sahabat terdekatnya.

Tahun lalu, gue pernah berjanji untuk mengunjunginya.. belum sempat janji gue penuhi, Ndigun pulang ke pangkuan Allah SWT lebih dulu daripada gue dan sahabat-sahabat terbaiknya pagi tadi.

Ndigun, terima kasih banyak ya atas semua ilmu yang sudah elo berikan untuk gue selama ini. Terima kasih banyak sudah menjadi seorang pribadi yang kuat, menginspirasi serta senantiasa memberikan dan menghasilkan positive vibes yang nggak toxic. I always love you, no matter where you are, I always love you. Rest in love, brother.


Ubud, 23rd August 2021

You Might Also Like

0 comments