Lima Belas Hari Terakhir

February 26, 2021

 

power-corruption-lies-new-order

Selama lima belas hari terakhir rasanya seperti habis naik wahana roller coaster, lalu dibawa masuk ke dalam rumah kaca, dilanjutkan dengan (berusaha) menikmati kora-kora, mampir ke arung jeram sebanyak satu putaran, lantas ditutup dengan histeria (yang cuma satu kali saja gue coba seumur hidup gue, dan nggak akan mau lagi). Seru, menegangkan, kesal, basah (literally, karena masak lalu kena cipratan air hujan), dan membuat jantung berolahraga (gue bukan orang yang gemar melakukan ini).


Relapse Yang Bikin Lelah Nggak Keruan

Kapan hari itu gue relapse, baru kembali normal lima atau enam hari setelahnya. Tiap ngobrol sama orang berasa zoned out, tiap buka laptop mau kerja berasa ngawang-ngawang. Rasa lelahnya nggak keruan, bikin jam tidur berantakan, nafsu makan hilang, bahkan sempat nggak ngerasain apa-apa pas liat scene cipokan di salah satu series yang gue tonton di Netflix.

Bala bantuan datang dari Kaş, Antalya (1 jam dari Istanbul) lewat video call dan jutaan kesabaran saat menyaksikan gue nangis gegerungan tanpa kontrol sama sekali. Tanpa banyak tanya, si mas cuma ngomong hal-hal yang mampu menenangkan gue pada jam setengah satu pagi waktu lokal Bali. Jarak usia kami yang terpaut dua belas tahun (jelas dia lebih tua, karena gue masih tujuh belas) sekali lagi berhasil memberikan gue kenyamanan menjadi diri sendiri tanpa jeda, tanpa kompromi di hadapan si mas.


Nggak Berekspektasi Itu Sulit dan Bullshit

Pernah dengar ini nggak : "Mau hepi? Nggak usah berekspektasi." kalau pernah berarti kita berada di lingkungan playground yang sama, hahahaha... Walau salah satu role model yang gue adore banget - Gary Vee - sering bilang begini di semua kontennya, sejujurnya ini salah satu hal tersulit yang mesti gue lakukan dan ter-bullshit yang pernah gue dengar sepanjang hidup gue. Dan bahkan almarhum bokap tiri gue pun pernah ngomong hal yang mirip-mirip kayak gini, cuma yah... kemampuan gue belum sampai situ saja sih.

Sampai akhirnya semalam gue sampai di titik : "LEAVE ME THE FUCK ALONE" sembari menyetel album "Power, Corruption and Lies"-nya New Order dan tentu saja mengulang terus menerus track "Leave Me Alone" dan menyesap Jägermeister di atas ranjang, lalu sesekali menatap langit-langit kamar dan membatin : "Same shit different day, Ga. Why don't you change those shit into something worth to see? Then show it off to the world when you achieve it? No worries, you'll bounce back in no time."

Mungkin gini ya... berekspektasi itu sah-sah saja, beda konteks kalau di dunia professional, semua orang yang bekerja untuk sebuah perusahaan atau organisasi, pasti harus bisa achieve target dan/atau KPI tertentu. Tapi kalau ke diri sendiri, rasanya gue sudah cukup lelah terlalu keras ke diri gue sendiri. Akan jadi bullshit kalau gue nggak mau mengakui ini dan berlapang dada meminta bantuan orang lain saat gue membutuhkannya.


Ubud, 26th February 2021
"Leave Me Alone" - New Order

You Might Also Like

0 comments