A Friend Called HOPE

August 24, 2010

Ketika hujan turun, sontak tak saya merasa sendu, sedih dan teringat tentang masa lalu yang banyak tidak indahnya. Stand Inside Your Love milik Smashing Pumpkins, cukup memainkan kembali kenangan yang sendu dan sedih itu. Dengan hentakan vokal milik Billy Corgan dalam lagu itu, cukup mewakilkan sakit hati saya, merunut kembali kejadian menyakitkan itu satu per satu.

Sore hari ditengah kota Jakarta, saya bercampur dengan para pekerja lainnya. Lelah, macet, hujan, masalah, emosi jiwa, menjadi satu. Jarang saya melihat wajah gembira pada jam-jam seperti itu. Kami semua terikat dengan waktu yang makin lama makin tidak bersahabat, dengan cuaca yang makin tidak terduga. Tak pernah berhenti dikejar tenggat waktu, target hidup dan semua rencana- rencana yang telah dibuat sebelumnya. Tiba-tiba saya tersadar, rencana hanya tinggal rencana, tak ada realisasinya.

Ketika hidup tak ada lagi teman bernama harapan, untuk apa bersusah payah memutar otak demi sebuah rencana? Saya sedang ada di titik itu. Tak memiliki teman bernama harapan. Lalu saya mulai merasa seperti mayat hidup, kosong tak berjiwa. Tak dapat merasakan sedikit saja cahaya terang yang hangat, tak dapat merasakan sedikit saja bekunya hati nurani. Lalu bagaimana saya harus bertahan dan mendapatkan 'hidup' saya kembali?

Disinilah peran si teman bernama harapan dibutuhkan...

You Might Also Like

0 comments