#2

April 02, 2014

Setengah sadar berusaha mendengarkan setiap kata yang terucap dari mulut lawan bicara, yang wajahnya sudah terlalu malas ku pandangi.

Sekelumit rasa jengah, diam, tak mau pergi dari raga yang tengah dipenuhi lelah, peluh, dan penat. Diam tak mau pergi.

Dentuman suara–suara yang memekakkan telinga, keluh kesah yang terdengar begitu penuh dengan rasa bersalah, dan sekelebatan wajahmu yang senantiasa membantuku mengurangi rasa sakit yang semakin lama semakin terasa.

Lantas, lantunan suara Yukie menggema dari dalam kepala yang sudah terlanjur pecah, seolah mengamini segala hal yang sedang bertumpukan satu sama lain.
 “Kita pun jengah, dengarkan banyak alasan.. kita bosan, dengarkan cerita..”

Jengah.
Penat.
Muak.

Merebahkan tubuh yang kelelahan ini menjadi satu–satunya hal yang ingin ku lakukan saat ini juga. Andai bisa.

Dan andai dulu, Ibu, pernah mengajarkanku untuk cepat menyerah dalam kondisi sulit, mungkin aku tidak akan se-keras kepala batu seperti sekarang ini.

Andai menyerah pada keadaan tidak se-sulit itu, aku merelahkan diriku untuk berdiam diri, tidak memikirkan dan melakukan apa-apa lagi.

You Might Also Like

0 comments